Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan kerana budi,
Tinggi bangsa kerana bahasa.
Puyu-puyu konon namanya,
Di dalam kolam konon tempatnya;
Cantik manis barang lakunya,
Serta dengan budi bahasanya.
Anak Cina menambang madat,
Dari Makasar langsung ke Deli;
Hidup di dunia biar beradat,
Bahasa tidak berjual beli.
Pohon pandan pohon berduri,
Dipandang amat sedap;
Hidup di dunia bahasa dan budi,
Serta juga tertib beradab.
Saya tidak menanam nanas,
Tanam kepaya di dalam padi;
Saya tidak memandang emas,
Budi bahasa yang saya cari.
Perigi dikatakan telaga,
Tempat budak menumpang mandi;
Emas merah ada berharga,
Budi bahasa bernilai abadi.
Makan sirih berpinang tidak,
Pinang ada dari Melaka;
Makan sirih mengenyang tidak,
Sebab budi dengan bahasa.
Pucuk pauh sedang terjela,
Penjolok bunga gelundi;
Agar jauh silang sengketa,
Perhalus bahasa dan budi.
Yang kurik kendi,
Yang merah saga;
Yang cantik budi,
Yang indah bahasa.
Dari Silaing ke Sijudah,
Japa melilit Tanjung Jati,
Buah Jerammi bergantungan;
Baju digunting kalau tak sudah,
Kata termulai kalau tak jadi,
Seksalah alam menanggungkan.
Petikan daripada buku Santun Berbahasa karangan Awang Sariyan.
No comments:
Post a Comment